Melangkah dalam hidup ini
Bersama jiwa yang ternoda akan dosa
Hampa yang ada mengitari kehidupan
Diantara mega hitam sempat kugantungkan asa
Antara kegalauan yang menyelimuti jiwa
Pasrahku arungi samudra hitam
Ombak mengombang ambing jiwa yang kelam
Menengelamkan menari menengelamkan terus, terus dan terus
Rapuh perahu yang tertunggangi
mencoba bertahan dalam arungan gelap hitam kelam lautan kehidupan
Noda hati yang terasa dan tertanam dalam jiwa
Mengobrak-abrik setiap jiwa yang merasa
Nadir yang hinggap
Membuahkan getaran asa yang menjadikan dilema
Diantara sudut senja dalam perjalanan menuju malam
Kais-kais kaidah jiwa terpahat dalam dinding kehidupan
Tak ada senyum yang terukir hanya kepedihan jiwa terpahat dengan indah
Meregang nyawa dalam kehidupan fana
Malam itu akan tetap hitam
Sunyi itu akan tetap menemani dalam kehidupan
Sudut sepi tetap menjadi teman
Perjalan yang terlalui bersama kelam
Asa itu adalah asa yang hitam
Membunuh dalam kehidupan yang temaram
Mencabik diri .... mencaci
Batin mengelepar akan sukma yang terbenam
Getar-getar aroma
Getar-getar yang terasa
Cabik-cabik jiwa
Pecutan kehidupan mengores luka teramat dalam
Darah masih mengalir
Luka masih ternganga
Berjuta lalay menghampiri
Aroma busuk luka menyerebak bertaburan diudara
Tak ada obat yang dapat meredakan
Hanya diri yang bisa mencari
Tetesan air pereda lara
Dunia hanya sementara tapi... begitu menyesakan
Langkah kaki terjerat dalam rudungan duka
Jiwa yang ada mati dalam lara
Getar-getar aroma
Getar-getar yang terasa
Cabik-cabik jiwa
Bergejolak memenuhi rongga
Darah mengalir menjalarkan luka
Rasa hanya sebuah rasa bergejolak
Menghujam raga keatas tanah kering kerontang
Peredam lara dimanakah kau berada....
Basuhlah semua yang ada dalam kehidupan lara
Sejukanlah terhadap apa yang melanda
Bersama jiwa yang ternoda akan dosa
Hampa yang ada mengitari kehidupan
Diantara mega hitam sempat kugantungkan asa
Antara kegalauan yang menyelimuti jiwa
Pasrahku arungi samudra hitam
Ombak mengombang ambing jiwa yang kelam
Menengelamkan menari menengelamkan terus, terus dan terus
Rapuh perahu yang tertunggangi
mencoba bertahan dalam arungan gelap hitam kelam lautan kehidupan
Noda hati yang terasa dan tertanam dalam jiwa
Mengobrak-abrik setiap jiwa yang merasa
Nadir yang hinggap
Membuahkan getaran asa yang menjadikan dilema
Diantara sudut senja dalam perjalanan menuju malam
Kais-kais kaidah jiwa terpahat dalam dinding kehidupan
Tak ada senyum yang terukir hanya kepedihan jiwa terpahat dengan indah
Meregang nyawa dalam kehidupan fana
Malam itu akan tetap hitam
Sunyi itu akan tetap menemani dalam kehidupan
Sudut sepi tetap menjadi teman
Perjalan yang terlalui bersama kelam
Asa itu adalah asa yang hitam
Membunuh dalam kehidupan yang temaram
Mencabik diri .... mencaci
Batin mengelepar akan sukma yang terbenam
Getar-getar aroma
Getar-getar yang terasa
Cabik-cabik jiwa
Pecutan kehidupan mengores luka teramat dalam
Darah masih mengalir
Luka masih ternganga
Berjuta lalay menghampiri
Aroma busuk luka menyerebak bertaburan diudara
Tak ada obat yang dapat meredakan
Hanya diri yang bisa mencari
Tetesan air pereda lara
Dunia hanya sementara tapi... begitu menyesakan
Langkah kaki terjerat dalam rudungan duka
Jiwa yang ada mati dalam lara
Getar-getar aroma
Getar-getar yang terasa
Cabik-cabik jiwa
Bergejolak memenuhi rongga
Darah mengalir menjalarkan luka
Rasa hanya sebuah rasa bergejolak
Menghujam raga keatas tanah kering kerontang
Peredam lara dimanakah kau berada....
Basuhlah semua yang ada dalam kehidupan lara
Sejukanlah terhadap apa yang melanda
Sore hari bersama rindu yang berasa, terjerembab pada dilema memenuhi rongga, akan sebuah asa yang mengulung kehampaan. Hitam awan senja temaram menyelimuti dunia fana, indah itu yanya sebuah bayangan, mimpi pengharapan semu belaka.
Tak ada yang tau tak ada yang mengerti tak ada jawab tak ada tanya yang dapat terlontarkan, jiwa hanya merasa dan terus merasa, sakit yang ada atas asa terasa bersama bergulirnya waktu bersama berjalannya pergantian kehidupan dari siang menjadi malam, terdiam sang diri yang merasa takut akan segala asa yang dia rasa ....
Tatapan kosong nadir jiwa lara itu semakin mengulungnya semakin dalam kedalam kehampaan diantara ketidakpastian akan apa yang sebenarnya dirasa, perih hanya ada rasa perih serta tangis batin yang dalam.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar