Jumat, Oktober 21, 2011

Sesuatu yang terasa


Tlat habis kata dalam sudut bibir yang mengambarkan arti tentang sebuah getaran sukma dimana pencarian celah mengapai titik jawab pada sebuah bersitan yang mendesak. Rasa untuk sebuah hal yang tidak diketahui meski mungkin diketahui atau bahkan lebih dari ketidaktauan barang kali juga menjadi sebuah ketidakingintahuan.
Perjalanan hari saat sang surya perlahan menghangatkan bumi, membangunkan jiwa-jiwa untuk mencari arti atas kehidupan yang mesti terjalani. Tapi tidak dengan jiwa ini, setiap jengkal nafas yang terhembuskan membawa tanya tentang apa yang sedang terasa dalam lenung jiwa, menghantarkan pekat dalam benak bersama titian waktu, tergelutilah tanya, tercumbuilah rasa, tapi tak diketahui apa yang sesungguhnya arti sentakan yang ada. Hangat mentari itu terasa menyentuh meski tak ternikmati oleh tubuh, letih menahan sebentuk getaran diantara ada dan tiada.
Terus melangkahlah sang waktu membawa jiwa serta tubuh dalam ruang yang berbeda, menatap terang sang mentari, terliat hanya dipelupuk mata. Diri menahan sukma atas getar yang tak kunjung hilang, atas rasa yang tak kunjung terketahui atas jiwa yang entah apalah. Benak hanya bertanya apakah sesungguhnya terasakan, makna. Kelabu semakin memeluk erat tanpa bisa menolak untuk meniadakan, syair peredam jiwa tak terlontarkan. Terteriakanlah kegalauan jiwa ............. Apakah gerangan.
Remasan demi remasan semakin terasa, semakin tak terurai..... tapi mengurai raga dan jiwa kedalam semakin dalam pada ketidak tahuan yang mendesak.  Sendiri .... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar