Tlat habis kata dalam sudut bibir yang mengambarkan arti
tentang sebuah getaran sukma dimana pencarian celah mengapai titik jawab pada
sebuah bersitan yang mendesak. Rasa untuk sebuah hal yang tidak diketahui meski
mungkin diketahui atau bahkan lebih dari ketidaktauan barang kali juga menjadi
sebuah ketidakingintahuan.
Perjalanan hari saat sang surya perlahan menghangatkan
bumi, membangunkan jiwa-jiwa untuk mencari arti atas kehidupan yang mesti
terjalani. Tapi tidak dengan jiwa ini, setiap jengkal nafas yang terhembuskan
membawa tanya tentang apa yang sedang terasa dalam lenung jiwa, menghantarkan
pekat dalam benak bersama titian waktu, tergelutilah tanya, tercumbuilah rasa,
tapi tak diketahui apa yang sesungguhnya arti sentakan yang ada. Hangat mentari
itu terasa menyentuh meski tak ternikmati oleh tubuh, letih menahan sebentuk
getaran diantara ada dan tiada.
Terus melangkahlah sang waktu membawa jiwa serta tubuh
dalam ruang yang berbeda, menatap terang sang mentari, terliat hanya dipelupuk
mata. Diri menahan sukma atas getar yang tak kunjung hilang, atas rasa yang tak
kunjung terketahui atas jiwa yang entah apalah. Benak hanya bertanya apakah
sesungguhnya terasakan, makna. Kelabu semakin memeluk erat tanpa bisa menolak
untuk meniadakan, syair peredam jiwa tak terlontarkan. Terteriakanlah kegalauan
jiwa ............. Apakah gerangan.
Remasan demi remasan semakin terasa, semakin tak
terurai..... tapi mengurai raga dan jiwa kedalam semakin dalam pada ketidak
tahuan yang mendesak. Sendiri ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar