Senin, April 04, 2011

Sudut jiwa bersama temaram malam disebuah beranda





Duduk disini berteman angin yang berhembus, bersama segelas air putih ...
Menatap kelam atas kehidupan malam
Melepas letih atas waktu yang terlampaui, indah sukma mencumbu lara
Hadirkan malam yang semakin temaram diiringi irama hati risau jiwa mengiris perih
Benamkan diri tuk sebuah angan atas puncak hasrat yang mengelora
Hadirkan altar pembunuh sukma....
Mimpikan tentang keabadian yang indah tapi penuh duka
Menerawang entah kemana... jiwa terasa kosong
Menginginkan menjadi nyata ... apadaya hanya cumbui angan belaka
Waktu tiada menghampiri lebih terasa menjauhi, jamahan sang rasa mencipta suka dan duka tiada henti
Tak mungkin menepi karena telah menjadi aliran dalam diri
Hanya menjaga agar tetap menjadi, meski itu hanya sbuah mimpi yang menyayat hati
Hari ini esok lusa dan nanti semua takan pernah berhenti tuk mengapai apa yang menjadi damba suci
Meski apa yang terasa dianggap pelarian diri, tapi murni sang diri menginginkan atas mimpi indah penuh dengan ilusi
Teruslah termaki wahai hati, karena hidup tak mungkin terhenti sampai disini
Sampai ajal itu hadir dan menghampiri ciptakan khayalan semu yang menyeret mendekati
Disini bersama hembusan angin malam pada sebuah beranda
Kuciptakan nada walau tak seindah sang pujangga yang merangkai kata pemuja
Tertitiplah salam rindu yang mendalam atas sukma yang tak mampu menjamah
Getaran ini adalah getaran indah yang tertanam dalam begitu dalam
Membuahkan angan serta mimpi atas kehidupan, dimana maut siap menjemput dengan cepat
Sadar atau tidak tersadari tapi apa yang telah terukir dan terucap berasal dari lubuk hati dan bukan sebuah permainan duniawi
Hembusan angin itu terus menerpa ... menyentuh, mengoyahkan raga
Jiwapun pergi entah kemana .... melayang menempus dan terhempas....

(tulisan 40 menit)

1 komentar:

  1. Ini ahnaf batu lahir, kenapa yg dipikirin wanita rasa cumbu. Sedangkan istri butuh teman. Mas mencumbui bayangan hasrat. Kasian anak 4

    BalasHapus