Kucoba menuliskan hasrat jiwa yang terasa selama menjalani hidup tuk mengapai dan pencarian makna hidup yang sesungguhnya, jatuh bangun dalam menjalani perjalanan, terangkai melalui kata, walau hanya sebuah kiasan yang mengambarkan gejolak jiwa atas diri saat menapaki kehidupan Yang Fana
Minggu, April 03, 2011
Sebuah kata jiwa
Teruntuk cintaku – 3 April 2011 (00.32)
(sebuah kata dari Hasrat rasa manusia)
- Prolog -
Getaran jelmaan keindahan
Tiada munafik
Sebuah rasa hasrat jiwa
Meskipun berbentuk angan
Rangkuman lukisan batin terhadap kumandangan pancaran asa
Murni ...putih serta tulus dan suci
Jamahan getaran terhadap hasrat yang terpahat
Membuahkan keinginan atas angan tak terbendung
Menjadikan rona indah tak terjamah
Tiada munafik tertuangkan lewat kata menjadikan nada nada atas irama kehidupan
Benar tidak benarnya Asa itu tetap sebuah Dogma keinginan teringini pada diri setiap insan
Itulah cinta... menjadikan manusia ada dan tiada,
Menapak serta gamang pada perjalanan langkah hidup
Tiada terpungkiri tak ingin memungkiri hanya mengambarkan rasa cipta karya sang jiwa
- Aku dan rasa ku terhadap angan atas jiwa yang menginginkan Indahnya cinta –
Dimana apa yang ada atas sebuah hasrat itu selalu terindamkan dalam bentuk angan, tertanam jauh dalam lubuk hati, terukir, menjadikan sebuah kisah atas hidup yang terjalani. Mengerti dan tidak di mengerti, mengapai meraih keinginan yang terlandasi pada sebuah getaran halus sang jiwa, menyadari meskipun lebih cenderung tak disadari tentang kehadiran bersitan jiwa terkumandanglah asmara membara memupuk sebuah dilema, tersayatlah sang batin dimana setiap rasa itu hadir dalam lenung.
Dari sekian banyak yang terlampaui atas nadir kehidupan, insan manusia selalu mencoba meraih makna akan diri untuk kehidupan terhadap landasan yang mencoba tuk digapai, lewat sebuah khayal indah yang membuahkan hasrat serta gelora yang tak dapat disangkal dan dihentikan oleh sang nalar, begitu banyak keagungan yang terangkai, lewat kata ataupun sebuah sketsa, banyak gelora suka senang tergambarkan dengan jelas meski kadang samar. Jiwa jiwa rintih akan keindahan yang menghujam raga menyeluruh. Tersampaikan terus terungkapkan meski arti yang ada belum tentu dapat teraih dengan nyata, mengerti atau tidaknya insan tetap meraih meski apa yang teringini teraih perih tapi itulah dunia atas kehidupan semesta.
Jiwa menginginkan, bak haus sang dahaga untuk meraih sebuah asa yang ada... jauh melangkah jauh meraih jauh pengapaian kadang tidak diperdulikan hanya ingin meraih walau tiada terpedulikan, hasrat hasrat yang meregang kosong serasa tak bernyawa tanpa tujuan yang lain selain mengapai dan terus mengapai, hidup dalam perjalanan pencarian asa (cinta) benarkah akan hal itu ataukah asa itu hanya sebuah fatamorgana, dentuman dentuman yang ada bak bom yang siap untuk meledak serta akan meluluh lantahkan segala yang ada dalam diri bila tak teraih .... khayalan demi khayalan indah membawa duka tercipta, menganggap takan bisa hidup tanpa terengkuhnya sebuah asa (cinta) atas kemurnian yang terpahat dalam dada, tak bisa tersentuh hanya dapat terasa ....
Naiflah sang diri bila merasa bila tak terlandaskan dengan nyata, terpendamlah sang sukma, terkuburlah sang raga, tiada gairah dalam menjalani hanya terasa bersitan perih sang hati, mengalir pada sentakan jantung memompa sang darah pada setiap sudut tubuh. Tiada tempat berpijak hanya terasa gamang dalam menapaki rimba kehidupan. Nyeri yang ada tiada dapat terlukiskan oleh kata, gelap sudah perjalanan kehidupan yang nyata, keindahan yang semula begitu indah berbalik membunuh perlahan sang raga dengan sayatan-sayatan tipis pada hati dan terasa sakit menyeluruh dalam raga. Buram sudah kehidupan dimana hidup serasa bagai terhenti. Dasyat sungguh dasyat hasil cipta rasa atas asa (Cinta) dapatkah terhenti begitu saja ..... TIDAK .... karena bila rasa itu telah hadir dan memang benar hadir serta tulus dirasa. Rasa itu tak mudah udah dihilangkan bahkan mungkin tak dapat di hilangkan sampai ajal menjemput raga.
Tertulis apa yang ada, tergema apa yang tercipta mencoba menghadirkan bersitan yang mengelora, meskin nada yang terlahir adalah nada pembunuh sukma. Pijak kaki tak menapak untuk mencari jawaban atas risau yang melanda ... untuk apa ada untuk apa tercipta mengapa begitu terpahat dalam pada sebuah sukma sanubari jiwa. Hanya kata hanya kalimat menjadikan semua terasa nikmat meski tiada sama dengan seluruh yang terasa tapi... merupakan gambaran samar yang tercipta.
Disini bersama racun dunia (rokok, cappucinno) dan Sebuah Laptop yang setia menemani diri yang terkumkum dalam keinginan atas keindahan dunia hasil dari cipta rasa yang indah meski hanya sebuah khayal bagi diri. Telusuri makna yang ada pada setiap insan tentang apa sebenarnya makna hadir rasa itu, mempelajari dengan seksama tapi tetap saja tiada kepuasan didapat... tengelam terus tenggelam karena keinginan itu semakin menghujam ... tiada yang salah atas apa yang terasa, tiada yang salah atas apa yang menjelma karena semua adalah murni terasa, meski masih dalam sebuah angan belaka, hidup memerlukan sebuah mahligai keindahan sehingga tercipta sebuah kedamaian dan pada akhirnya akan mampu menjejaki kehidupan serta menantang segala aral yang melintang dalam roda kehidupan.
Waktu terus berlalu masih saja sibuk dengan keinginan diri, tiada naif damai itu sangat teridamkan dimana setiap insan memerlukan insan lain tuk menemani setiap gerak dalam langkah kehidupan, tak mungkin menjalani sendiri karena hidup penuh dengan suka duka dan dilema, Manusia adalah insan yang lemah meski tertulis mahluk paling sempurna, dikatakan lemah karena manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain.
Dan aku adalah seorang insan dengan segala kekurangan yang begitu banyak dimana dilema kehidupan ini cenderung kutelan sendiri, tiada yang sempurna pada diri hanya sebongkah tubuh berisi dengan peluh dunia yang terangkum dalam jiwa yang merana... tertulis hanya dapat tertulis meski tulisan penuh dengan segala aral, karena itulah yang terasa sukma dan jiwa. Bukan tak menyadari akan kaidah diri dalam menapaki arti kehidupan ini, tapi hanya ingin mengetahui apakah tiada akan pernah ada damai
kehidupan atas rasa yang mengelora itu terasa dalam setiap jengkal hentakan nafas dengan nyata... indah sungguh indah dalam angan tapi terapan dalam kanvas kehidupan itu tak ada....
Waktu yang ada mungkin semakin akan tiada lagi, diri hanya dapat memandang... diri hanya dapat merasa.... diri hanya dapat berangan tuk meraih sebuah damai indah ciptaan rasa yang terwujud pada sebuah asa (cinta)
Rasa hadir
Rasa menjelma
Rasa terpahat dalam lenung jiwa
Berkumandang ...
Bergelora ....
Terus dan terus ....
Menjadikan hasrat yang begitu besar
Rasa itu ...
Jiwa ini ...
Menginginkan ...
Bukan sebuah angan belaka tapi nyatalah yang ada
Titik titik noda...
Nadir jiwa yang menyeluruh
Bertasbihkan asa yang terindah
Hanya khayalan semu yang teraih... mimpi indah pada setiap langkah
Timbulah kemunafikan, pemungkiran apa yang ada dan tercipta
Peredaman gelora yang terasa .... menghantarkan sukma meregang dalam dilema
Mungkin benar bila kemurnian asa itu tiada dapat dipungkiri, tiada dapat dihempaskan dan tiada dapat dilupakan serta ditiadakan
Indah damba, indah khayalan, indah damai mimpi atas asa untuk insan insan yang diberi oleh Nya....
Tapi ... entah buat diri ....
Tapak ini masih tertapaki ... indah damba itu masih memenuhi diri, membawa kealam bawah sadar..
Tak urung sang raga terlempar perih... dinding dinding kosong dicumbui...
Sudut sudut sepi kehidupan adalah teman sejati diri ...
Tiada naif terasa dan menjadi khayalan indah dalam setiap waktu meski hanya gambar yang menemani...
Pembuktian itu telah terbukti ... Putih suci asa itu hanya merupakan khayalan indah semu atas kehidupan ...
Bukan buat kalian tapi buatku ...
Kudapat memberi, aku dapat membuat tapi tak buat diri
Jalani terus menjalani meski hujaman menyeret dan menyeret kedalam lembah lara .... tapi kemurnian asa itu tetap termiliki.. tanpa kemunafikan seperti yang pernah terucap dan takan pernah ingkar... meski cenderung tidak benar.
Waktu itu semakin sempit mungkin tiada akan ada hari esok tapi kata hati selalu berkata .... biarkan rasa itu ada walau hanya akan membuat dilema, biarkan segala kemunafikan itu hanya diri yang mengetahui tetaplah tersenyum walau setiap sudut pandang itu terasa nanar, landasilah dengan asa yang ada meski tak terjelma dengan nyata, walau hanya tercumbu lewat bayang semu tapi mungkin hanya itulah pahatan kehidupan yang telah tergariskan untuk diri.... biarkanlah biarkanlah... sampai ajal menjemput raga...
(21:27 wib)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Banyak banget mas, dikumpulin ya mas
BalasHapus