Kurangkai sebuah kata
untuk menghilangkan risau jiwa
Kurangkai sebuah kata
Guna memaknai apa yang terasa
Bukan aku tak mau berucap nyata
tapi ... Tiada arti kukatakan yang sesungguhnya
hanya bisa meraba apa yang sedang melanda
Dan kurangkai kata walau tiada makna
Mewakilkan apa yang bergejolak
Meredam apa yang terbersit
Walau menyesakan dada
Bergumul memenuhi sudut yang ada .....
Kurangkai sebuah kata....
untuk risau jiwa yang tak menentu ..
Kucoba menuliskan hasrat jiwa yang terasa selama menjalani hidup tuk mengapai dan pencarian makna hidup yang sesungguhnya, jatuh bangun dalam menjalani perjalanan, terangkai melalui kata, walau hanya sebuah kiasan yang mengambarkan gejolak jiwa atas diri saat menapaki kehidupan Yang Fana
Jumat, Desember 10, 2010
Risau jiwa
Apa yang terasa dalam jiwa
Diantara keletihan menapaki kehidupan
Apa yang terasa bersemarak dalam daada
Menghenyan jiwa... membuat rapuh struktur raga
Apa yang terasa dalam jiwa
Tak terjamah dalam nyata
Membuat apa yang harus terbuat
Apa yang terasa jiwa
Gelisah menumpuk dalam sukma
Risau tiada tentu memupuk dan menarik dalam kelam
Apa yang terasa jiwa
Melanda dan menerjang tiada henti
Apa yang terasa jiwa
Berartikah untuk diri
Atau hanya sebuah rasa yang terasa
Apa yang terasa jiwa membuat risau tiada tara
Diantara keletihan menapaki kehidupan
Apa yang terasa bersemarak dalam daada
Menghenyan jiwa... membuat rapuh struktur raga
Apa yang terasa dalam jiwa
Tak terjamah dalam nyata
Membuat apa yang harus terbuat
Apa yang terasa jiwa
Gelisah menumpuk dalam sukma
Risau tiada tentu memupuk dan menarik dalam kelam
Apa yang terasa jiwa
Melanda dan menerjang tiada henti
Apa yang terasa jiwa
Berartikah untuk diri
Atau hanya sebuah rasa yang terasa
Apa yang terasa jiwa membuat risau tiada tara
Sebuah coretan dalam sebuah masa (part 3)
Senja hujan gerimis
Tiba saatnya senja hadir...
Bersama rintik hujan menguyur bumi
Tak ada sang mentari menyentuh bumi
Dingin merasuk pada tubuh yang kian membusuk
Tanah basah terhampar luas ... tapi gersang tetap melanda jiwa
Sudut mata memandang dengan kosong
Irama jiwa semakin bergejolak memenuhi rongga
Terasa irisan sembilu, mengoreskan pedih yang mendalam
Senja kian merangkak
Memendam hasrat atas rasa
Mengindahkan isyarat hati yang bergema
Tiadakan dalam benaman hasrat
Menekan gejolak yang tak mungkin terjamah
Alunan kehidupan yang terus mengalir
Senja ... semakin temaram
Hati tetap tak mau diam
Memberikan sinyal sinyal yang menusuk sukma
Hela nafas semakin berat
Kuingin katakan.. kuingin mengengam
Tapi apakah mungkin bila memang tidak akan mungkin
Semakin dan semakin
Senja semakin merangkak ... menenggelamkan apa yang ada kedalam kelam
Dan aku bersama sang senja
(kupersembahkan atas hasrat jiwa yang tak mau mengerti ... atau aku yang tak mengerti)
Tiba saatnya senja hadir...
Bersama rintik hujan menguyur bumi
Tak ada sang mentari menyentuh bumi
Dingin merasuk pada tubuh yang kian membusuk
Tanah basah terhampar luas ... tapi gersang tetap melanda jiwa
Sudut mata memandang dengan kosong
Irama jiwa semakin bergejolak memenuhi rongga
Terasa irisan sembilu, mengoreskan pedih yang mendalam
Senja kian merangkak
Memendam hasrat atas rasa
Mengindahkan isyarat hati yang bergema
Tiadakan dalam benaman hasrat
Menekan gejolak yang tak mungkin terjamah
Alunan kehidupan yang terus mengalir
Senja ... semakin temaram
Hati tetap tak mau diam
Memberikan sinyal sinyal yang menusuk sukma
Hela nafas semakin berat
Kuingin katakan.. kuingin mengengam
Tapi apakah mungkin bila memang tidak akan mungkin
Semakin dan semakin
Senja semakin merangkak ... menenggelamkan apa yang ada kedalam kelam
Dan aku bersama sang senja
(kupersembahkan atas hasrat jiwa yang tak mau mengerti ... atau aku yang tak mengerti)
Senin, Desember 06, 2010
.... Gemuruh ....
Sunting
Gemuruh
oleh Naja Nur Asim pada 06 Desember 2010 jam 14:57
Angin itu menerpa kencang
Tubuh kurus sang pencari
Menginkut sertakan awan hitam
Mengelapkan hamparan kehidupan yang sebelumnya terang
Sudut mata memandang diantara hamparan Trah kehidupan
Angin itu semakin kencang
Sedetik kemudian kelam sudah
Nyayian alah gemuruh menghantam
Memekikan telinga
KuHanya memandang Nanar
Menikmati irama sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi
Terjangan secepat dan menghantam diri yang rapuh
Belum usai satu datang lagi dan silih berganti
Sesak sudah nafas ini
Tubuh serasa tak menentu
Hitam alampun kelam begitu juga dengan diri
Perlahan hujan bak badai menerjang
Tak menghiraukan keadaan yang ada
Tak peduli .... apa yang terlewati
Menerjang, menghantam....
Senyum menutupi kegetiran, dimana hati menjerit melontarkan sejuta tanya yang tak terjawab
Kutiadakan, kucoba meniadakan tapi hati lebih merasa dari pada otak tuk menekan
Alam semakin bergemuruh ...
Terus bergemuruh...
Hatipun luruh menyatu dengan irama alam
Minggu, Desember 05, 2010
Petang saat hujan menghujam altar kehidupan
Terdengar jelas suara rintik hujan menghujam altar dunia
Pekat yang ada memenuhi sudut mata
Udara semakin dingin kurasa
Tanah basah .... sang pohon pun menyambut senang
Segar memang udara yang ada
Bersih, serasa racun terhanyutkan oleh rintik yang ada
Haripun perlahan berganti malam
Sedikit kurasakan hiruk pikuk manusia
Gelap, pekat dan hitam menyeluruh
Sang rintik semakin membuat irama
Tanpa ada suara yang lain memasuki rongga telingga
Hujam menghujam terus seperti yang terasa dalam jiwa
Disini bersama keremangan dan kesendirian
Entah bagaimana merasa lagi
Mengindahkan apa yang menjelma dalam dada
Membuat raga semakin terhujam
Mencoba mengapai... dan nyata semakin perih terasa
Hanya nanar dan rintik hujan yang menemani
Saat keletihan menapaki diri..
Jejak kehidupan dan arti ... untuk apa diri ini merasai..
Rindu yg harus terbunuh
Bait kata itu tlah tumpah
Tak tertata
Berserakan..
Saat jiwa merasa kerinduan
Tertutuplah semua rongga
Terisikan hanya bayang bayang atas cipta sebuah rasa
Penekanan hati, dalam membedohi bersitan yg terus menumpuk..
Membuat diri semakin terpuruk
Terakui, tanpa kemunafikan atas rasa itu.. Bahwa rindu itu ada bahkan selalu ada..
Tapi harus tersadari akan kaidah nyata hidup ini..
Rindu hanya sebuah getar penyayat kalbu, menerapkam pilu, karena ta kan trengkuh nyata.
Pendam dan terus pendam, mencoba meraih tp tembok tinggi menerjang, sebilah pedang menanti, siap untuk melukai..
Rindu ini rindu penuh luka..
Tak tertata
Berserakan..
Saat jiwa merasa kerinduan
Tertutuplah semua rongga
Terisikan hanya bayang bayang atas cipta sebuah rasa
Penekanan hati, dalam membedohi bersitan yg terus menumpuk..
Membuat diri semakin terpuruk
Terakui, tanpa kemunafikan atas rasa itu.. Bahwa rindu itu ada bahkan selalu ada..
Tapi harus tersadari akan kaidah nyata hidup ini..
Rindu hanya sebuah getar penyayat kalbu, menerapkam pilu, karena ta kan trengkuh nyata.
Pendam dan terus pendam, mencoba meraih tp tembok tinggi menerjang, sebilah pedang menanti, siap untuk melukai..
Rindu ini rindu penuh luka..
sebuah coretan dalam sebuah masa (part 2)
Arus kehidupan terus mengalir
Tak terarah atau hanya diriku yang tak tau mengarah kemana
Gemuruh yang ada menyisakan letih yang meradang
Disini dalah sisi kehidupan
Kais kehidupan yang harus terlangkahi terhenti atas emosianal diri yang mengema
Kutatap sudut kehidupan atas sangaran yang sedang berbicara
Kelu sudah diri ini
Tak ada kata yang tak dapat terucap
Hanya menahan sembab atas rasa yang berbicara dalam jiwa
Terasa kelam nyata yang ada
Membuat titik hampa yang semakin memeluk erat
Harus terlalui apa yang terjadi
Sebagai apa yang telah menjadi
Hidup .... ini kah perjalanan yang harus di lalui
Tak terarah atau hanya diriku yang tak tau mengarah kemana
Gemuruh yang ada menyisakan letih yang meradang
Disini dalah sisi kehidupan
Kais kehidupan yang harus terlangkahi terhenti atas emosianal diri yang mengema
Kutatap sudut kehidupan atas sangaran yang sedang berbicara
Kelu sudah diri ini
Tak ada kata yang tak dapat terucap
Hanya menahan sembab atas rasa yang berbicara dalam jiwa
Terasa kelam nyata yang ada
Membuat titik hampa yang semakin memeluk erat
Harus terlalui apa yang terjadi
Sebagai apa yang telah menjadi
Hidup .... ini kah perjalanan yang harus di lalui
Sebuah coretan dalam sebuah masa
Kehidupan diatas garis yang telah tertuang dalam skenario yang ada
Selalu mempertanyakan apa yang mesti terlalui bahkan yang telah terjadi
Hidup dalam kehidupan
Jejak serta tapak yang telah terlalui...
Meyibak arti mimpi serta buah rasa
Diantara hiruk pikuk manusia yang mencari arti atas rasa yang dimiliki
Wahai dunia tempat kehidupan dan pencarian makna
Bersama deru detak serta irama yang mengalir dalam raga
Sungguh terlalu sulit mencerna apa yang melanda
Dimana otak dibuat untuk berfikir serta hati diperuntukan untuk merasa
Ketidak dinamisan membuahkan kekacauan
Kemana semua itu akan menjadi
Keterbatasan yang membuahkan sejuta tanya
Keterbatasan yang mencekal sejuta jawab
Mengalir memang kehidupan mengalir
Tapi arus kadang dapat terhenti, terbendung, berbelok dan kadang pula tak terarah
(Part 1)
Selalu mempertanyakan apa yang mesti terlalui bahkan yang telah terjadi
Hidup dalam kehidupan
Jejak serta tapak yang telah terlalui...
Meyibak arti mimpi serta buah rasa
Diantara hiruk pikuk manusia yang mencari arti atas rasa yang dimiliki
Wahai dunia tempat kehidupan dan pencarian makna
Bersama deru detak serta irama yang mengalir dalam raga
Sungguh terlalu sulit mencerna apa yang melanda
Dimana otak dibuat untuk berfikir serta hati diperuntukan untuk merasa
Ketidak dinamisan membuahkan kekacauan
Kemana semua itu akan menjadi
Keterbatasan yang membuahkan sejuta tanya
Keterbatasan yang mencekal sejuta jawab
Mengalir memang kehidupan mengalir
Tapi arus kadang dapat terhenti, terbendung, berbelok dan kadang pula tak terarah
(Part 1)
Kamis, Desember 02, 2010
Untuk Hati Yang sedang Bergemuruh
Sebuah getar yang terlantunkan dalam sukma
Bersitan kepahitan akan rasa
Mengapa selalu ada
Datang saat keletihan menghujam
Dimana kutatap kegalauan
Dimana kugoyah menahan beban
Selalu semakin menghujam
Suasana riuh kehidupan
Terasa sunyi menekan
Ach .......
Memang kehidupanku adalah kesendirianku
Kuterdiam selalu menatap rongga diri
Kucoba selalu menekan risau batin
Luka atas kicauan kehidupan
Diantara yang ada kehampaan itu ternyata masih memeluk raga
Meski dunia tersibukan dengan segala kerja
Masih disini, bersama tulisan pelentur sukma
Dimana lidah tak bicara hanya kata dan alunan indah jari menari menyusun nada
Mungkin aku yang selalu tak peduli
Tapi batas kehidupan tetap kumiliki
Karena aku manusia yang tak bisa merengkuh apa yang teringini
Hanya menapaki jejak yang meski terlewati dengan segala perih meniadakan mimpi
Bersitan kepahitan akan rasa
Mengapa selalu ada
Datang saat keletihan menghujam
Dimana kutatap kegalauan
Dimana kugoyah menahan beban
Selalu semakin menghujam
Suasana riuh kehidupan
Terasa sunyi menekan
Ach .......
Memang kehidupanku adalah kesendirianku
Kuterdiam selalu menatap rongga diri
Kucoba selalu menekan risau batin
Luka atas kicauan kehidupan
Diantara yang ada kehampaan itu ternyata masih memeluk raga
Meski dunia tersibukan dengan segala kerja
Masih disini, bersama tulisan pelentur sukma
Dimana lidah tak bicara hanya kata dan alunan indah jari menari menyusun nada
Mungkin aku yang selalu tak peduli
Tapi batas kehidupan tetap kumiliki
Karena aku manusia yang tak bisa merengkuh apa yang teringini
Hanya menapaki jejak yang meski terlewati dengan segala perih meniadakan mimpi
Langganan:
Postingan (Atom)