Jumat, Desember 10, 2010

kurangkai sebuah kata

Kurangkai sebuah kata

untuk menghilangkan risau jiwa

Kurangkai sebuah kata

Guna memaknai apa yang terasa

Bukan aku tak mau berucap nyata

tapi ... Tiada arti kukatakan yang sesungguhnya

hanya bisa meraba apa yang sedang melanda

Dan kurangkai kata walau tiada makna

Mewakilkan apa yang bergejolak

Meredam apa yang terbersit

Walau menyesakan dada

Bergumul memenuhi sudut yang ada .....

Kurangkai sebuah kata....

untuk risau jiwa yang tak menentu ..

Risau jiwa

Apa yang terasa dalam jiwa

Diantara keletihan menapaki kehidupan

Apa yang terasa bersemarak dalam daada

Menghenyan jiwa... membuat rapuh struktur raga

Apa yang terasa dalam jiwa

Tak terjamah dalam nyata

Membuat apa yang harus terbuat

Apa yang terasa jiwa

Gelisah menumpuk dalam sukma

Risau tiada tentu memupuk dan menarik dalam kelam

Apa yang terasa jiwa

Melanda dan menerjang tiada henti

Apa yang terasa jiwa

Berartikah untuk diri

Atau hanya sebuah rasa yang terasa

Apa yang terasa jiwa membuat risau tiada tara

Sebuah coretan dalam sebuah masa (part 3)

Senja hujan gerimis



Tiba saatnya senja hadir...

Bersama rintik hujan menguyur bumi

Tak ada sang mentari menyentuh bumi

Dingin merasuk pada tubuh yang kian membusuk

Tanah basah terhampar luas ... tapi gersang tetap melanda jiwa

Sudut mata memandang dengan kosong

Irama jiwa semakin bergejolak memenuhi rongga

Terasa irisan sembilu, mengoreskan pedih yang mendalam

Senja kian merangkak

Memendam hasrat atas rasa

Mengindahkan isyarat hati yang bergema

Tiadakan dalam benaman hasrat

Menekan gejolak yang tak mungkin terjamah

Alunan kehidupan yang terus mengalir

Senja ... semakin temaram

Hati tetap tak mau diam

Memberikan sinyal sinyal yang menusuk sukma

Hela nafas semakin berat

Kuingin katakan.. kuingin mengengam

Tapi apakah mungkin bila memang tidak akan mungkin

Semakin dan semakin

Senja semakin merangkak ... menenggelamkan apa yang ada kedalam kelam

Dan aku bersama sang senja



(kupersembahkan atas hasrat jiwa yang tak mau mengerti ... atau aku yang tak mengerti)

Senin, Desember 06, 2010

.... Gemuruh ....


Sunting
Gemuruh
oleh Naja Nur Asim pada 06 Desember 2010 jam 14:57

Angin itu menerpa kencang

Tubuh kurus sang pencari

Menginkut sertakan awan hitam

Mengelapkan hamparan kehidupan yang sebelumnya terang

Sudut mata memandang diantara hamparan Trah kehidupan

Angin itu semakin kencang

Sedetik kemudian kelam sudah

Nyayian alah gemuruh menghantam

Memekikan telinga

KuHanya memandang Nanar

Menikmati irama sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi

Terjangan secepat dan menghantam diri yang rapuh

Belum usai satu datang lagi dan silih berganti

Sesak sudah nafas ini

Tubuh serasa tak menentu

Hitam alampun kelam begitu juga dengan diri

Perlahan hujan bak badai menerjang

Tak menghiraukan keadaan yang ada

Tak peduli .... apa yang terlewati

Menerjang, menghantam....

Senyum menutupi kegetiran, dimana hati menjerit melontarkan sejuta tanya yang tak terjawab

Kutiadakan, kucoba meniadakan tapi hati lebih merasa dari pada otak tuk menekan

Alam semakin bergemuruh ...

Terus bergemuruh...

Hatipun luruh menyatu dengan irama alam

Minggu, Desember 05, 2010

Petang saat hujan menghujam altar kehidupan


Terdengar jelas suara rintik hujan menghujam altar dunia
Pekat yang ada memenuhi sudut mata
Udara semakin dingin kurasa
Tanah basah .... sang pohon pun menyambut senang
Segar memang udara yang ada
Bersih, serasa racun terhanyutkan oleh rintik yang ada
Haripun perlahan berganti malam
Sedikit kurasakan hiruk pikuk manusia
Gelap, pekat dan hitam menyeluruh
Sang rintik semakin membuat irama
Tanpa ada suara yang lain memasuki rongga telingga
Hujam menghujam terus seperti yang terasa dalam jiwa
Disini bersama keremangan dan kesendirian
Entah bagaimana merasa lagi
Mengindahkan apa yang menjelma dalam dada
Membuat raga semakin terhujam
Mencoba mengapai... dan nyata semakin perih terasa
Hanya nanar dan rintik hujan yang menemani
Saat keletihan menapaki diri..
Jejak kehidupan dan arti ... untuk apa diri ini merasai..

Rindu yg harus terbunuh

Bait kata itu tlah tumpah
Tak tertata
Berserakan..
Saat jiwa merasa kerinduan
Tertutuplah semua rongga
Terisikan hanya bayang bayang atas cipta sebuah rasa
Penekanan hati, dalam membedohi bersitan yg terus menumpuk..
Membuat diri semakin terpuruk
Terakui, tanpa kemunafikan atas rasa itu.. Bahwa rindu itu ada bahkan selalu ada..
Tapi harus tersadari akan kaidah nyata hidup ini..
Rindu hanya sebuah getar penyayat kalbu, menerapkam pilu, karena ta kan trengkuh nyata.
Pendam dan terus pendam, mencoba meraih tp tembok tinggi menerjang, sebilah pedang menanti, siap untuk melukai..
Rindu ini rindu penuh luka..

sebuah coretan dalam sebuah masa (part 2)

Arus kehidupan terus mengalir

Tak terarah atau hanya diriku yang tak tau mengarah kemana

Gemuruh yang ada menyisakan letih yang meradang

Disini dalah sisi kehidupan

Kais kehidupan yang harus terlangkahi terhenti atas emosianal diri yang mengema

Kutatap sudut kehidupan atas sangaran yang sedang berbicara

Kelu sudah diri ini

Tak ada kata yang tak dapat terucap

Hanya menahan sembab atas rasa yang berbicara dalam jiwa

Terasa kelam nyata yang ada

Membuat titik hampa yang semakin memeluk erat

Harus terlalui apa yang terjadi

Sebagai apa yang telah menjadi

Hidup .... ini kah perjalanan yang harus di lalui

Sebuah coretan dalam sebuah masa

Kehidupan diatas garis yang telah tertuang dalam skenario yang ada

Selalu mempertanyakan apa yang mesti terlalui bahkan yang telah terjadi

Hidup dalam kehidupan

Jejak serta tapak yang telah terlalui...

Meyibak arti mimpi serta buah rasa

Diantara hiruk pikuk manusia yang mencari arti atas rasa yang dimiliki

Wahai dunia tempat kehidupan dan pencarian makna

Bersama deru detak serta irama yang mengalir dalam raga

Sungguh terlalu sulit mencerna apa yang melanda

Dimana otak dibuat untuk berfikir serta hati diperuntukan untuk merasa

Ketidak dinamisan membuahkan kekacauan

Kemana semua itu akan menjadi

Keterbatasan yang membuahkan sejuta tanya

Keterbatasan yang mencekal sejuta jawab

Mengalir memang kehidupan mengalir

Tapi arus kadang dapat terhenti, terbendung, berbelok dan kadang pula tak terarah

(Part 1)

Kamis, Desember 02, 2010

Untuk Hati Yang sedang Bergemuruh

Sebuah getar yang terlantunkan dalam sukma

Bersitan kepahitan akan rasa

Mengapa selalu ada

Datang saat keletihan menghujam

Dimana kutatap kegalauan

Dimana kugoyah menahan beban

Selalu semakin menghujam

Suasana riuh kehidupan

Terasa sunyi menekan

Ach .......

Memang kehidupanku adalah kesendirianku

Kuterdiam selalu menatap rongga diri

Kucoba selalu menekan risau batin

Luka atas kicauan kehidupan

Diantara yang ada kehampaan itu ternyata masih memeluk raga

Meski dunia tersibukan dengan segala kerja

Masih disini, bersama tulisan pelentur sukma

Dimana lidah tak bicara hanya kata dan alunan indah jari menari menyusun nada

Mungkin aku yang selalu tak peduli

Tapi batas kehidupan tetap kumiliki

Karena aku manusia yang tak bisa merengkuh apa yang teringini

Hanya menapaki jejak yang meski terlewati dengan segala perih meniadakan mimpi