Siang kembali beranjak malam....
Langit cerah dengan berjuta bintang hadir...
Sang rembulan menampakan pesonanya...
Kutengadahkan kepalaku ... merasuki apa yang terjadi dalam alam ini
Dingin angin malam disudut sepi dengan ditemani ladang singkong
Kuingin merengkuh sang rembulan tapi aku hanya orang kerdil
Yang diangap tak berarti bagi sang rembulan
Kuingin berbaur dengan bintang agar lebih menyemarakan malam....
Tapi aku tak bercahaya seperti sang bintang
Indah mereka berpadu .. menambah keindahan kelam yang berbalut
Kunikmati dengan nanar hati
Dengan memendam sejuta rasa.. yang masih belum bisa kutepiskan
Sungguh kutak kuat menahan aral yang bergejolak memenuhi rongga
Andai aku bisa merengkuh bulan dan menikmati terangnya
Andai aku bisa berbaur dengan bintang... mungkin kesunyiaan ini bisa kulepaskan sejenak
Tapi aku hanya sesosok manusia yang hanya bisa melihat, mendamba dan berkhayal
Nyata itu tak ada ... indah... bagiku
Malam mulai beranjak pelan... kukhan coba menikmati segala yang terasa
Walau perih mengulung jiwa dan raga aku khan terdiam sendiri menikmati setiap gejolak yang terlahir...
Bulan kau begitu indah... ijinkan aku memelukmu dalam damai
Bintang kau begitu mempesona ijinkan aku merasa khan nikmat bersamamu
Akupun terhujam ... diantara pohon-pohon yang sedang tumbuh
Diareal pematang hijau.... tapi kurasa perih yang sangat melanda...
Ach.... aku sang pemimpi.. aku sang ilusi aku .... tak berarti...
Kuraih dan kucium tanah basah... ku ucapkan ... kapan aku akan kembali padamu... agar aku tak merasa segala perih ini terus dan terus....
Hembusan angin semakin keras menerpa...
Aku ingin menghujamkan diri dalam lara sesakit sakitnya..... sampai aku tak kuasa menahannya...
Malam ini ditengah sang rembulan yang indah, dibawah hamparan sang bintang diareal hijau tumbuhan singkong membentang....
Langit cerah dengan berjuta bintang hadir...
Sang rembulan menampakan pesonanya...
Kutengadahkan kepalaku ... merasuki apa yang terjadi dalam alam ini
Dingin angin malam disudut sepi dengan ditemani ladang singkong
Kuingin merengkuh sang rembulan tapi aku hanya orang kerdil
Yang diangap tak berarti bagi sang rembulan
Kuingin berbaur dengan bintang agar lebih menyemarakan malam....
Tapi aku tak bercahaya seperti sang bintang
Indah mereka berpadu .. menambah keindahan kelam yang berbalut
Kunikmati dengan nanar hati
Dengan memendam sejuta rasa.. yang masih belum bisa kutepiskan
Sungguh kutak kuat menahan aral yang bergejolak memenuhi rongga
Andai aku bisa merengkuh bulan dan menikmati terangnya
Andai aku bisa berbaur dengan bintang... mungkin kesunyiaan ini bisa kulepaskan sejenak
Tapi aku hanya sesosok manusia yang hanya bisa melihat, mendamba dan berkhayal
Nyata itu tak ada ... indah... bagiku
Malam mulai beranjak pelan... kukhan coba menikmati segala yang terasa
Walau perih mengulung jiwa dan raga aku khan terdiam sendiri menikmati setiap gejolak yang terlahir...
Bulan kau begitu indah... ijinkan aku memelukmu dalam damai
Bintang kau begitu mempesona ijinkan aku merasa khan nikmat bersamamu
Akupun terhujam ... diantara pohon-pohon yang sedang tumbuh
Diareal pematang hijau.... tapi kurasa perih yang sangat melanda...
Ach.... aku sang pemimpi.. aku sang ilusi aku .... tak berarti...
Kuraih dan kucium tanah basah... ku ucapkan ... kapan aku akan kembali padamu... agar aku tak merasa segala perih ini terus dan terus....
Hembusan angin semakin keras menerpa...
Aku ingin menghujamkan diri dalam lara sesakit sakitnya..... sampai aku tak kuasa menahannya...
Malam ini ditengah sang rembulan yang indah, dibawah hamparan sang bintang diareal hijau tumbuhan singkong membentang....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar