Senin, Mei 30, 2011

Kau bak bulan

Malam terus merangkak
Dimana sang bulan membuai indah dalam pandangan
Menerangi rapuhnya sang jiwa...
menyentuh kalbu yang terdalam dengan bersitan cahayanya
Kelam yang menyelimuti, benerang dengan hadirnya meski samar tak terjamah
Seperti halnya kamu
Menjadi penerang dalam lenung jiwa kelam
Memberikan setitik sinar dalam kegalauan
Membangkitkan gairah atas terbenamnya sang jiwa dalam hampa hitam dunia
Ingin kuraih, tapi kau bak bulan
Menerangi indahnya kelam tapi tak dapat tersentuh oleh sang raga
Tangan hanya dapat mengapai .... tapi apa daya jarak begitu jauh ..
Kau adalah keindahan dalam kelam kehidupan dunia atas diri ini
Kau adalah yang menjadikan mimpi terindah itu hadir kembali
Kau lah yang menjadi sinar atas kelam hati ini
Dan kau lah .... Damba yang tak terjamah meski kuingin menyentuh nyata

Minggu, Mei 29, 2011

Berfikir tentang sesuatu

Otak ini terus menghipnotiskan kata kata...
Dimana saat mata menangkap sebuah arti atas apa yang terliat
Berfikirlah sang diri mensingkronkan dengan rasa yang terjelma
Hingga timbul pertanyaan pertanyaan yang harus terjawab sendiri ....

Terdiam mencari jawaban dimana sang otak menerawang jauh mencari file file yang terekam ..
Semakin dalam semakin dalam, membuka file file lampau .....
Dimana semua tersatukan, untuk membentuk sebuah kesimpulan
Dinding dinding menemani serasa menatap dan menunggu

Tergambarlah sketsa atas hidup dan damba... seiring siluet yang tertangkap oleh sang mata
Silih berganti ... saling bertebaran dengan begitu cepat membuat sunggingan bibir terasa kecut ...
Ya mimpi mimpi yang tak terjamah, ke inginan ke inginan yang hanya sebuah khayal
Menantap kembali, merasuk jauh lebih dalam atas pahatan yang telah terukir

Otak terus berfikir, bersama keinginan serta harapan dan kenyataan yang tiada seindah apa yang tergambarkan dalam khayalan
Terbendunglah hasrat jiwa, bekerjalah sang otak untuk menutupi atas hasrat hati yang terus mengumadangkan irama indah, membuahkan pilu yang menyesakan
Pecahlah apa yang ada dalam benak, berserakan ... antara keinginan serta meniadakan
Terdiam memikirkan apa yang terabaikan adalah sebuah damba yang selalu... menjadi khayalan dan ketidak mungkinan..... diri atas kehidupan duniawi saat ini

ReJamaN




Gelombang itu hadir...
Merasuk dalam pancaran otak...
Terus merasuk ... membuat sekat sekat dan prediksi prediksi antara ada dan tiada
Sebuah kesimpulan yang dibuat atas selarasnya sang kehidupan yang terhampar dipelupuk mata dan terjalin serta terlaluiBegitu banyak yang masuk yang terkadang dapat di nalar maupun tidak, bersama kebodohan dan kemunafikan atas jejak kaki diri menapaki kehidupan fana terhadap dunia
Berteman diding kosong dan tembok penuh sekat yang mendesak diri ... tak bisa kutembus apa yang ada dalam gelombang yang merasuk dalam hati dan sukma...
Sendiri....
Bersama asap yang mengepul dari batang demi batang rokok yang setia menemani dan membuat lubang hitam dalam rongga dada yang kini semakin sakit terasa....
Terindahkan karena aku butuh sebuah damai .. yang kucipta yang belum tentu benar adanya...



Jiwa rasa yang suci dalam sebuah kemurnian
Terbekam sang otak yang terus mengeluarkan sinyal
Ya... tiada akan ada.. kubungkam risau jiwaku dengan segala sumpah serapan dan prediksi sinyal dari sang otak...
kemauan atas apa yang ada dan teringini.. adalah tiada, kemurnian adalah hampa yang menyesakan, pengharapan yang indah adalah buaian semu sang kehidupan...
Kuhisap dalam batang demi batang sang rokok... kunikmati sesak yang yang terasa ...
sendiri dalam tembok yang mengukungkumku dalam kelam sang malam...
Tiada tersentuh ... oleh diri.. kemana apa yang teringini... hanya mengerti untuk merejam sakit ... dan menghempaskan damba murni akan rasa yang terjelma..

Kau melati




Kau putih
Indah serta harum semerbak
Suci murni
Kuhisap dalam sari ... wangi yang kau tebarkan
Memabukan sehingga ku ingin merengkuh
Suci dalam benakku
Mengikat dalam kaidah sukma yang menginginkan
Kau melati putih mewangi
Hati telah tertaut padamu
Tak ingin selain kau terindah menemani
Atas akhir kehidupan yang akan terakhiri
Lembut kau sentuh....
Damai kau merengkuh...
Kuabadikan dirimu dalam lenung jiwa yang terdalam
Takan pernah lekang oleh sang waktu yang membuai dan menerkam
Meski nyata adalah tiada....
Kuhanya menatap jingga ...
Desah nafas menekan lara... atas getaran sukma yang merasa
Indahmu abadi dalam sebuah sisi arti diri
Putih semerbak sucimu adalah sebuah mimpi ... atas hidup diatas muka bumi
Kau melati... kau melati .... yang tersembunyi entah dimana
Kau melati suci harum dan mewanggi kudamba kau sampai mati

Minggu, Mei 15, 2011

Salahkan


Salahkah bila khayalan itu ada
Terus menerus menghujam raga
Salahkah damba itu mengelora yang tercipta atas bayanganmu semata
Salahkah aku akan rasaku yang berkhayal tentang indahnya cinta
Merajut dalam mahligai dunia ....
Salahkah aku bila aku berharap dan memohon

Luka yang ada dan terjalani membuatku terhenyak dalam dinding kehidupan
Mencabik dalam jiwa
Memupuskan kekuatan yang terdalam
Terpandangi dinding dinding tertulis berjuta kenaifan diri

Salahkah aku ... atas rasaku
Yang selalu menginginkanmu menjadi nyata dalam tabir hidupku
Atau cinta itu salah, atau cinta itu hanya sebatas khayal
Sungguh aku ingin merasa tabir indah kehidupan duniawi ... yang menghasilkan damai jiwa
menghasilkan kebahagiaan ... sehingga dapat kujejaki dunia dengan tegar...

Salahkah aku bila aku mencintaimu dan dirimu hanya dirimu ....
salahkah ..........

Rabu, Mei 11, 2011

in my b day

Bukankah cinta itu sebuah rasa yang indah
Dimana hasrat begitu mengebu seperti menembus awang - awang
Bukankah cinta itu pemersatuan hasrat ...
Tapi apakah cinta itu diperlukan oleh sang jiwa
Bila apa yang ada
Bila semua yang terjelma hanya sebuah angan belaka
Sehingga tiada mungkin dapat teraih dengan indah dalam dekapan nyata
Bukankah cinta itu indah .... Tapi bukan buatku

Kisah apa yang ada ...
Kisah apa yang tertulis dalam kehidupan
Yang telah terjadi maupun yang akan terjadi
Tertutup sudah hasrat ini menjadi mati
Pada sebuah keinginan yang selalu menjadi nanar diri
Menginginkan meniadakan gema yang terjelmakan dalam dada
Meski kemunafikan selalu akan mencengkram jiwa
Untuk sebuah hasrat yang tiada akan pernah ada...

Kau yang memang yang termaknai dalam hati
Untuk sebuah akhir dari rasa yang diingini
Tapi indahnya mimpi itu tak terlandasi dengan hakiki yang terjalani
Mimpi ..... menghujamkan perih yang mengiris....
Tiada kusalahkan mengapa semua ada....
Mungkin rasa adalah rasa dan tetap menjadi rasa dalam jiwa yang tiada