“Sebuah catatan atas risau jiwa yang menginginkan sebuah damba atas mahligai indah dunia”
Hari terus berganti, dimana beberapa musim telah berlalu, liku kehidupan terus hadir menerpa dan menerjang, Kehidupan terus berjalan meski merangkak, tertatih mencoba menapaki meski gamang raga menjejaki altar dunia, bersama perih atas luka yang terdalam berserta sayatan sayatan baru yang mengiris perlahan.
Berjuta catatan – catatan kecil telah terangkai dengan bermacam irama kepedihan yang terasa, memekikan aral yang mengema, meneriakan risau jiwa yang terhujam atas perjalanan kehidupan yang mesti terlewati walaupun tak teringini.
Dendang jiwa terhadap kehidupan, dimana perjalanan terisi dengan berjuta tanya, berjuta jawab, berjuta kegalauan, berjuta keinginan, tapi hanya terhenti pada sebuah 1 (satu) titik yakni Damai, dimana akan terasa tapak menjejaki fana altar dunia, dapat menghirup udara meski tak segar, dapat menikmati keindahan meski buta.
Tapi tiada dapat terasa, keinginan itu hanya berwujud damba, dimana aral yang ada penuh menyesaki rongga dada, menghabiskan oksigen yang harus tertampung, membuat apa yang terasa menjadi sesak, serta dimana fikiran terpacu tapi tak menemukan jawab, terus mencoba menalar tapi tak dapat tertembus dengan teori yang terungkap membuat remasan yang maha dasyat dalam otak.
Mata hanya dapat menatap, hidung hanya bisa mencium aroma, bibir dan lidah hanya bisa berucap sepenggal kata, tapi hati adalah yang bagian yang terluas pada sebuah rasa atas mahligai kehidupan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar